Senin, 29 September 2014

kita dibelakang dia

Terimakasih untuk kalian yang mau berbagi rasa denganku, berbasih kisah, berbagi duka, berbagi suka. hingga membuatku merasa bahwa hadirku begitu berguna untukmu, untuk kalian. Hingga tercipta untaian kata indah, ini bukan darimu untukku tapi darimu dan untukmu wahai sahabat yang menginspirasi ..

tentang cinta yang ku tak tahu dimana dia harus berlabuh
tentang hati yang ku tak tahu dimana dia harus memilih
tentang perasaan yang ku tak tahu dimana dia harus bertahan
dan tentang kita yang aku tak pernah tau bagaimana ujung dan akhirnya
tentang aku kamu dan dia ..


*****

Engkau yang selalu bisa menyita semua fikiranku hanya tentangmu
Engkau yang selalu bisa membuatku memliki mimpi indah, menari diatas awan, terbang tinggi sejuk sekali hingga ku tak kenal apa itu terjatuh ..
Engkau yang selalu bisa membuatku melakukan apa saja diluar nalar dan logika
Engkau yang selalu bisa membuatku menangis bertahun – tahun entah berapa lama lagi ku harus seperti ini, tanpa henti tersedu sedu hingga kurasa kering air mata ini
engkau yang selalu bisa mematikan seluruh sel – sel kehidupan dalam diriku, ketika ku bersua dihadapmu serasa detak jantungku ini berhenti namun tetap kurasa hidup
aku serasa mati, mati karena cintaku untukmu. Engkau membunuhku, membunuh hati dan perasaanku membunuh cintaku. Semua engkau ambil engkau miliki lalu engkau pergi, engkau rampas segenap hati dan cinta ini, tak kau biarkan bersisa, engkau begitu kejam, jahat dan teganya. Namun kenapa kucinta? Ku begitu mencinta ..

Namun dia yang selalu engkau banggakan
Namun dia yang selalu engkau puja
Namun dia yang selalu engkau prioritaskan
Namun dia yang begitu engkau cinta (mungkin)
Aku yakin, aku percaya ada sebuah tempat tersembunyi yang tak pernah engkau umbar yang tak pernah engkau tunjukan kepada siapapun. Disetiap tatap mata, guratan senyum, gerak gerik siluetmu aku yakin ada rasa berbeda buatmu untukku.
Ah sudahlah, bodoh sekali aku terlalu mengharapkan itu darimu,
Bodoh sekali aku terlalu berkhayal tinggi tentangmu
Kini ku mengerti betapa sakitnya terjatuh, betapa perihnya ketika hati ini remuk, betapa payahnya aku ketika seluruh sel dalam tubuhku kau matikan, semuanya benar benar engkau rampas engkau sita, engkau miliki semuanya dan aku terlalu bodoh untuk mempercayai hatiku.

Perjumpaan kita memanglah begitu indah, namun ku tahu ini semua belum tentu berakhir dengan sempurna. Bukan karena aku mendahului kehendak takdir, namun takdir yang telah berkata demikian kepadaku.engkau mengajarkan betapa manisnya gula, betapa pahitnya obat, betapa gelapnya hitam, betapa sucinya putih, betapa sakitnya terjatuh, betapa perihnya terluka, betapa indahnya warna warni pelangi, betapa bebasnya berlari, dan betapa kosongnya hati ini ketika kau begitu saja pergi menghilang.. piluuu sungguh kurasa. Serta betapa sekaratnya aku ketika kau mencoba mematikan semua angan bahagiaku bersama cintamu. Iya, hanya bersama cintamu, Bukan bersama dirimu!!!

Aku yang terlalu sibuk, sibuk bermain dengan bayang semu, bayang semu yang selalu menghantui disetiap detik waktuku, disetiap detak jantungku, disetiap denyut nadiku, disetiap hembus nafasku, disetiap pandang mataku, disetiap sel dalam otakku sehingga ku tak mampu memikirkan apapun kecuali tentang dirimu. Engkau yang begitu kucinta, kudamba, kupuja semudah itu kau merampas hati, fikiran bahkan akal sehat dan logikaku. Kau membuatku gila, membuatku tak waras, membuatku buta, namun mengapa kau tak perna dan sama sekali tak pernah menuntunku, menunjukkan jalan setidaknya hingga aku berada di tempat yang lebih aman. Aku benci, sungguh aku benci!!! Aku benci mencinta, aku benci memuja, dan aku benci merindui dirimu ..

Entah hingga kapan ku meratapi, mungkin hingga kelak aku mati. Cinta ini akan kunikmati seorang diri, pergilah kasih, kekasih hati yang bisa kupeluk namun hanya bayangnya saja. Engkau memang nyata, namun tak kunjung jua ku dapat bersua. Bersua kataku? Oh tidak, aku cukup naïf untuk itu .. memandangmu dari jauh saja mampu melumpuhkan sel-sel darahku, mematikan segala detak dan aktivitas dalam tubuhku. Belum lagi jika engkau nyata berada dipelukku, mungkin tubuhku ini akan berubah menjadi pasir dan debu tak berbentuk. Engkau terlalu berharga dihatiku, namun aku bagaikan apa dihatimu? Sayang, cukup bagiku menikmatinya seorang diri, dan cukup bagimu untuk tahu bahwa aku telah melupakanmu. Namun segampang itukah aku melupakanmu? Dan sebodoh itukah aku mudah menyerah? Oh tentu tidak bidadariku, jika memang bukan untuk saat ini, aku yakin akan ada perjumpaan lain disebuah waktu tempat dan kondisi yang mengharuskan kita untuk bersama, mungkin itu disurga…

*****
Terimakasih pernah singgah dan mengisi, terimakasih telah hadir dan menemani. Ketika aku tak lagi sendiri, ketika aku tak lagi sepi namun engkau masih setia menanti. Sungguh aku tak pernah habis berfikir tentang dirimu, tentang cintamu yang entah kenapa tak pernah terkikis, tak pernah luntur dan tak pernah rapuh oleh sang waktu. Lebih dari seribu kata maaf dan hanya itu yang mampu kuucap untuk segala waktu yang kau relakan untukku. Seribu kali pula ku bilang bahwa ini semua akan sia – sia namun kau enggan dan ku akui bahwa kau cukup keras kepala untuk berhenti. Berhenti menyakiti dirimu sendiri, berhentilah membodohi fikiranmu sendiri, dan berhentilah melukai perasaanmu sendiri. Kau pun tahu bahwa mencintaiku adalah percuma .. namun mengapa engkau bertahan? Maafkan aku sayang, keadaan yang selalu memaksaku seperti ini, suatu saat nanti juga kau akan mengerti bahwa aku pun tak rela ..
Ku akui memang ini terlarang, namun mengapa aku masih mempertahankan? Ini semua semata – mata bukan karena dirimu, melainkan karena cinta .


Sempat terbesit di dalam otakku, apa yang engkau pertahankan dariku? Apa yang sedang engkau perjuangkan dariku? Dan sebenarnya apa yang sedang engkau cari dari perempuan seperti aku? Sungguh tak habis berfikir tentang kamu, menanti bertahun – tahun dengan keabu – abuan dan ketidakpastian memang sungguh menyakitkan, apalagi ketika terhalang oleh tembok pembatas yang begitu besar dan kokoh, rasanya sesak dan ruang gerak tentunya menjadi terbatasi. Namun .. mengapa engkau bertahan sayang? Engkau tetap seperti yang dulu, engkau selalu bisa membuatku luluh, memanjakanku, hingga kurasa tiada lagi yang mampu menjadi sepertimu. Namun kenapa? Kenapa harus engkau yang ada dibelakang? Kenapa bukan dia saja, sempat ku bertanya dalam diriku, kenapa bukan kamu yang aku prioritaskan? Engkau yang selalu menomor satukan aku, mengapa malah aku menomor sekian kan kamu. Adil kah ini? Kurasa tidak!  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar